Pendakian gunung lawu kali ini berbeda dengan pendakian
sebelumnya. Karena ini adalah pendakian pertama saya selama pandemic COVID-19.
Hampir 4 bulan tidak berkegiatan outdoor, mengikuti anjuran pemerintah dalam
memutus rantai penyebaran COVID-19 cukup membuat diri jenuh dan bosan. Terlebih
saya baru saja lulus dari Sekolah Kejuruan. Sudah pasti saya belum memiliki
kegiatan atau pekerjaan tetap. Selama dirumah kegiatan saya sebatas membantu
pekerjaan orang tua dan main internet. Saya berusaha menjadi pengangguran yang
baik tentunya hehe....
Setelah sekian lama menunggu... tersiar berita di TV jika objek
wisata akan dibuka bertahap selama masa new normal. Saya pun langsung mencari
informasi tentang jalur pendakian gunung apa yang sudah mulai dibuka. Saya
dapati hanya jalur pendakian gunung lawu yang bisa untuk mendaki. Karena jalur
pendakian gunung yang lain hanya diperbolehkan untuk para pendaki disekitar
daerah gunung tersebut. Terus terang saya sudah 6 kali mendaki gunung lawu 2
via cetho dan yang 4 via cemoro sewu, ada rasa bosan mendaki gunung lawu untuk
beberapa kali.Ingin rasanya mencari pengalaman baru mendaki gunung lain. Namun
teman saya menyarankan untuk mencoba jalur pendakian cemoro kandang, katanya
jalurnya cukup menantang dan ada jalur menuju kawah condrodimuka.
Mendengar cerita teman saya tentang jalur pendakian
cemoro kandang, saya fikir bolehlah saya coba jalur ini. Demi melepaskan
kejenuhan selama pandemic. Tanggal 2 sampai 3 agustus saya pilih sebagai hari
pendakian saya ke puncak lawu via cemoro kandang. Bertepatan setelah hari raya
idul adha, berharap dapat daging sapi atau kambing untuk bekal logistik saya
selama mendaki gunung. Lumayan lah bisa makan daging enak digunung, Karena
selama mendaki yang sering saya makan hanya roti kalau tidak yha mie....
Mendekati hari H saya mencoba mengajak beberapa teman saya untuk diajak mendaki bersama via cemoro kandang. Kemarin saya mendaki bersama 6 orang teman saya, Syamil,Fajar,Stevanus,Iqbal,Frisky dan Hakim. Kami berangkat pada hari sabtu malam dan menginap dibasecamp, keesokan harinya kami baru memulai pendakian ke puncak gunung lawu.
Planing saya selama pendakian karena menurut beberapa sumber jalur pendakian cemoro kandang sama seperti cemoro sewu untuk track dan panjang jalurnya. Saya harap kami dapat mencapai puncak lawu tidak lebih dari 7 jam perjalanan mulai dari basecamp. Ternyata diluar dugaan jalur cemoro kandang jauh berbeda dengan cemoro sewu. Saya fikir banyak pendaki lain yang mendaki via cemoro kandang. Ternyata jalur cemoro kandang sepi dengan pendaki. Mungkin hanya beberapa yang mendaki dihari yang sama dengan kami.
Selain itu cemoro kandang tracknya juga jauh berbeda dengan cemoro sewu. Jika cemoro sewu cenderung berbatu dengan tanjakan yang curam. Sedangkan cemoro kandang cenderung tanah dengan jalur landai namun lumayan panjang. Selain itu cemoro kandang juga minim fasilitas seperti sumber mata air dan warung. Terlebih dengan jalur dengan jurang dikanan dan kiri menambah adrenalin tersendiri jika melewati cemoro kandang.
Melihat kondisi track seperti
itu, kami usahakan tidak berpencar selama pendakian. Karena jika ada hal yang
tidak diinginkan tentu akan sangat merepotkan jika kami saling berpencar. Pos
demi pos kami lalui dengan semangat, hanya dipos 1 dan 4 warung yang ada
dicemoro kandang. Sedangkan jarak antar pos juga cukup panjang. Sampai dipos 2
ada petunjuk jalur ke kawah condrodimuka. Berlanjut ke pos 3 jalur semakin
extrem dengan jurang dalam dikiri jalur pendakian.
Walaupun extrem menurut saya
jalur pendakian cemoro kandang masihlah terjaga kelestariannya. Terlihat dari
kebersihan jalur pendakian dan tingginya rumput ilalang dan bunga eldewis yang
masih tetap terjaga. Bagaikan kebun bunga eldewis kita akan melewati jalan setapak
dimana bunga eldewis tumbuh subur dikanan dan kiri jalur pendakian. Harum bunga
eldewis tercium wangi antara pos 3 ke po 4. Antara pos 4 dan pos 5 tidaklah
terlalu jauh kami hanya perlu memutari bukit dimana sudah nampak puncak gunung
lawu.
Kami pun sampai pos 5 sekitar
jam 17.20 sore, planing kami sebenarnya ingin kemah dipuncak sebelum matahari
tenggelam namun karena kondisi fisik yang sudah lelah melewati jalur yang
panjang tadi kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan beristirahat
diwarung mbok yem, sekaligus bermalam disana. Karena kami fikir jauh lebih aman
bermalam diwarung mbok yem daripada kami mendirikan tenda diluar, dengan cuaca
yang tidak bisa kami tebak.
Selama bermalam diwarung mbok yem
kami bertemu dengan beberapa pendaki senior dari bekasi. Mungkin umur mereka
seusia dengan umur orang tua kami. Beberapa hal kami bincangan dengan mereka,
sambil melepas penat dan berbagi pengalaman. Setelah cukup lama berbincang kami
beristirahat untuk melanjutkan pendakian keesokan harinya. Saat tengah malam
seorang teman saya masuk angin dan sempat tidak bisa tidur. Untung dibantu oleh
pendaki senior tadi teman saya cukup terbantu.
Pukul 04.00 saya terbangun
karena suara ayam mbok yem. Saya pun segera bangun dan mencoba membangunkan
teman teman saya. Mungkin karena udara cukup dingin sulit sekali membangunkan
mereka. Hanya fajar dan syamil yang bisa saya bangunkan untuk saya ajak mencari
air disendang drajat. Karena kami kehabisan air waktu itu. Namun disendang pun air
hanya sedikit karena musim kemarau juga diambil oleh pendaki lainnya. Mau gk
mau kami juga mengambil air yang sedikit tadi. Terlihat warnanya yang tidak
jernih keruh karena bercampur tanah.
Alkhamdulilah kami dapat mengisi
2 botol besar dengan air yang keruh tadi untuk kami bawa kepuncak lawu untuk
memasak. Pukul 06.00 kamipun bergegas kepuncak membawa satu cariier berisi
logistik untuk kami masak dipuncak. Perjalanan kepuncak dari warung mbok yem
tidaklah terlalu lama mungkin hanya 30 sampai 40 menit. Sesampainya dipuncak
kami langsung memasak logistik yang kami bawa. Sebagian ada yang foto dan
lucunya satu orang teman kami malah bermain layangan dipuncak lawu. Karena
sebelumnya sudah mempersiapkan layangannya.
Sudah sekitar 2 jam kami dipuncak
akhirnya kami memutuskan turun setelah makan logistik yang kami bawa. Kali ini
kami bisa makan enak digunung, satu panci berisi semur daging sosis dan tempe kami makan bersama. Selama
pendakian terus terang saya belum pernah makan seenak ini. Makan selesai, kami
mulai turun dari puncak lawu pukul 09.00
Perjalanan turun lebih mudah
daripada mendaki, karena tinggal menyusuri jalur yang menurun. Namun perlu
diperhatikan karena posisi turun tentu kita harus berhati hati dalam menuruni
track yang curam. Karena salah sedikit saja kita bisa terpeleset, dan kanan
kiri sudah menganga jurang yang dalam. Bisa juga kaki kita terkilir atau
menghantam batu yang tentu bisa berakibat fatal.
Saat perjalanan mendaki saya
berjalan santai dibelakang sambil menikmati pemandangan selama menyusuri jalur
pendakian. 2 orang teman kami Frisky dan Hakim mendahului kami didepan. Mereka
bilang akan menunggu dipos selanjutnya, sampai dipos 4 kami beristirahat
sejenak. Setelah cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan. Kali ini
banyak jalur trabasan yang curam namun dapat mempersingkat perjalanan. Walau
dapat mempersingkat perjalanan tapi beresiko terjadi kecelakaan karena jalurnya
curam dan banyak bebatuan. Saya lebih memilih jalur landai walaupun agak lama.
Antara pos 3 dan pos 2 hal yang
tidak diinginkan terjadi, seorang dari teman kami stevanus terpeleset ketika
menuruni jalur curam. Kakinya sempat terperosok ke akar pohon yang muncul dari
dalam tanah. Kakinya terkilir dan diapun kesakitan. Sempat kami memberikan
pertolongan pertama untuk dia. Kami memutuskan untuk beristirahat dulu untuk
memulihkan kondisi teman kami tadi. Beberapa menit beristirahat kami pun
mencoba untuk berjalan lagi. Namun bukan malah lebih baik kaki teman kami malah
merasa lebih kesakitan. Dalam kondisi seperti ini kuncinya tenang. Kami putuskan
salah beberapa dari kami turun untuk menghubungi pihak basecamp agar bisa
mengevakuasi teman kami yang sudah sulit melanjutkan perjalanan.
Saya, Fajar, syamil, hakim dan
frisky turun ke basecamp untuk meminta bantuan. Sedangkan iqbal dan syamil
menunggu stevanus yang kakinya terkilir. Kami berempat segera bergegas
kebasecamp secepat mungkin. Saya harap sebelum sore hari kami semua bisa segera
sampai kebasecamp. Sampai pos 2 kami kelelahan karena cepat cepat menyusuri
jalur untuk segera minta bantuan kebasecamp. Dipos 2 kami bermusyawarah, karena
kondisi fisik yang sudah sangat lelah. Kami putuskan satu orang dari kami harus
turun ke basecamp dengan meninggal tas cariier agar lebih cepat dan tidak
menjadi beban selama perjalanan. Hakim pun menyanggupi untuk turun ke basecamp.
Dan kami bertiga menunggu dipos 2.
Sejam berlalu belum datang juga
tim relawan untuk evakuasi. Kamipun kebingunan dengan keadaan ini. Banyak hal
hal negative yang merasuki pikiran kami. Terlebih hari sudah mendekati sore,
dengan sabar kami menunggu semoga segera ada tim relawan yang segera
mengevakuasi teman kami. Tak lama kemudian dari arah atas gunung stevanus,
iqbal dan syamil. Berjalan pelan kearah pos 2. Mereka bilan kondisi stevanus
sudah agak mendingan dan sudah bisa berjalan walau masih tertatih tatih. Mereka
pun kami suruh istirahat dulu sembari menunggu tim evakuasi datang.
Lama menunggu tim evakuasi tidak
segera datang sedangkan hari sudah mulai sore. Kamipun memutuskan turun walau
harus pelan pelan. 2 orang dari kami harus membantu stevanus dan tas carrier
yang mereka bawa harus dibawa yang lain. Saya dan syamil pun menyanggupi
membawa 2 tas carrier sekaligus. Perjalanan kami lanjutkan, saya dan syamil
mendahului karena membawa beban carrier yang lebih berat. Sampai di jalur
antara pos 1 ke basecamp saya mendengar suara HT yang terdengar sedang
berkomunikasi mengenai evakuasi. Dari bawah 2 orang relawan yang dikirim
basecamp pun mendaki untuk mengevakuasi teman kami. Segera kami beritahukan
bahwa teman kami sedang dalam perjalanan pendakian dari po2 ke pos 1 namun
berjalan pelan tertatih tatih.
Tim relawan pun lanjut mendaki
untuk mengevakuasi. Saya dan syamil melanjutkan turun ke basecamp. Hampir
sampai basecamp cemoro kandang kami berdua sudah sangat lelah turun dengan
membawa beban 2 carrier. Ditambah lagi kami sudah tidak ada air lagi untuk
diminum. Namun alkhamdulilah dipinggir jalur pendakian ada pipa air yang bisa
diambil airnya untuk kami minum. Setelah istirahat sejenak kamipun lanjut turun
ke basecamp. Sampainya dibasecamp ada seorang relawan senior yang menyapa saya.
Menanyakan kabar teman kami yang terkilir kakinya.
Sampai dibasecamp saya langsung
istirahat dan membersihkan diri. Relawan yang menyapa kami tadipun menyiapkan
secangkir kopi dan mempersilahkan kami duduk didekat perapian sambil menunggu teman
kami sampai ke basecamp. Saya pun lega dan tenang bisa sampai basecamp.
Bersyukur bisa melaksanakan pendakian dengan selamat walau banya rintangan dan
tantangannya. Tak lama menunggu teman kami, stevanus sampai juga dibasecamp dan
segera beristirahat. Selama berada dibasecamp kami dijamu dengan baik oleh
pihak basecamp. Kami pun sempat berbincang sharing pengalaman tentang pendakian
gunung dan banyak yang lain.
Kami berbincang banyak hal, yang
saya kagumi para relawan dibasecamp sangatlah ramah kemada kami. Mereka pun tak
sungkan berbagi ilmu dan juga pengalaman. Yha begitulah cerminan pendaki
sejati, bukan persoalan banyak tidaknya gunung yang sudah ditaklukan. Atapun
seberapa banyak foto keren yang sudah teraplout dimedia sosial. Mendaki gunung memiliki
banyak hal yang bisa dipetik untuk kehidupan. Belajar untuk menghargai orang
lain, mengendalikan ego diri, melatih empaty dan banyak hal yang bisa didapat
saat kita mendaki gunung. Saya pribadi miris melihat akhir akhir ini mendaki
gunung digunakan untuk ajang sua foto semata atau tidak hanyak untuk populer
dimedia massa tanpa melihat hikmah, nilai moraldan kearifan lokal yang ada.
Karena BUKAN SEBERAPA BANYAK GUNUNG YANG SUDAH KAU TAKLUKAN, NAMUN SUDAHKAH
DIRIMU MENAKLUKAN EGOMU SETELAH MENDAKI GUNUNG.?
Sekian pengalaman kami, semoga bermanfaat...
Salam Lestari !!!....